Rabu, 11 Maret 2009

5. Menyelaraskan Mutu Pendidikan Tinggi Indonesia dengan Standar Eropa

Jakarta (SIB)
Di masa datang, universitas-universitas di Indonesia akan memiliki standar mutu yang sama dengan lembaga-lembaga pendidikan tinggi di Eropa. Artinya Indonesia tidak hanya mengirimkan para mahasiswa ke Eropa namun mahasiswa daro Eropa juga dapat memperoleh gelar dari Universitas di Indonesia dengan standar yang tak kalah bermutu dengan tempat belajar di negeri mereka berasal.

Visi tersebut tengah dirintis Universitas Indonesia dengan dua universitas terkemuka dari Eropa yaitu Universitas Parma dari Italia dan Universitas Duisburg - Essen dari Jerman.

Bersama dengan Universitas Kebangsaan dari Malaysia, ketiga lembaga pendidikan tinggi tersebut tengah menjalin proyek European Union (EU) ASEAN Credit, Transfer System (EACTS). Melalui mekanisme EACTS, mahasiswa yang belajar di salah satu dari keempat universitas tersebut bisa mengikuti program pertukaran mahasiswa dan pada saat lulus akan memperoleh gelar ganda (joint award degree) dari dua universitas peserta EACTS baik dari Asia Tenggara dan Eropa dengan bekal kualitas pendidikan yang prestisius.

Demikian ungkap dua akademisi Eropa Prof Ing Roberto Menozzi dari Universitas Parma dan Prof Ing Axel Hunger dari Universitas Duisburg-Essen dalam perbincangan dengan wartawan di Jakarta, Rabu.

“Kami tengah mengikuti tahap ketiga dari rangkaian pertemuan dalam rangka mematangkan proyek yang didanai oleh Uni Eropa untuk membangun credit transfer sistem dengan universitas di Asia Tenggara, dimana kredit studi mahasiswa dari universitas-universitas yang menjalin kerja sama dapat ditransfer dari Uni Eropa ke Asia Tenggara maupun sebaliknya. Selain itu kami membuka kerja sama pemberian gelar ganda,” kata Menozzi menjelaskan maksud kunjungan ke Jakarta bersama Hunger.

Menurut Menozzi, proyek EACTS sudah bergulir sejak Oktober 2005 dan berlangsung hingga 31 September 2008. “Saat ini kami sedang berada dalam tahap mengesahkan kesepakatan antara Universitas Parma dan Universitas Indonesia serta Universitas Kebangsaan Malaysia untuk memulai program pertukaran mahasiswa dan juga dalam waktu dekat, program gelar ganda,” lanjut Menozzi.

Hunger mengungkapkan bahwa berdasarkan pengalaman mereka program gelar ganda sejauh ini mendapat sambutan yang baik dari kalangan industri. Para penyandang gelar ganda tidak saja dianggap memiliki potensi keahlian dan ilmunya, namun juga memiliki pengetahuan dari dua budaya yang berbeda. Ini merupakan faktor plus dalam persaingan industi,” kata Hunger.
Namun saat ini proyek skema EACTS baru melibatkan program studi teknik (engineering) dari berbagai jurusan. “Kami berharap dalam waktu dua pekan kami sudah siap melaksanakan program pertukaran mahasiswa secara intensif melalui skema EACTS,” kata Menozzi.

TIDAK UNIVERSAL
EACTS merupakan mekanisme untuk mengharmonisasikan sistem kredit semester yang sudah diterapkan di masing-masing universitas. Mekanisme tersebut mengadopsi sistem transfer kredit semester yang sudah diterapkan di seluruh negara Uni Eropa (UE). Sebenarnya hampir semua universitas di berbagai negara telah menerapkan sistem kredit untuk menentukan beban studi yang harus dijalani mahasiswa selama menjalani perkualiahan.

Begitu pula universitas-universitas di Indonesia yang menerapakan sistem satuan kredit semester (SKS) yang bobotnya berbeda di beberapa mata perkuliahan. “Masalahnya barometer sistem kredit tersebut tidak berlaku universal di banyak negara. Jadi, tantangannya yaitu bagaimana menyelaraskan perbedaan-perbedaan tersebut,” kata Menozzi.

Di Indonesia, perbedaannya tidak saja pada penentuan pemberian kredit, namun juga mengenai pengertian suatu disiplin ilmu, ilmu teknik misalnya, dan penerapan kerja (kurikulum) yang berbeda dengan di Eropa. Menozzi mengungkapkan bahwa Fakultas Teknik Universitas Parma telah menerima seorang mahasiswa dari Indonesia yang didanai oleh pemerintah Italia melalui Institut Kebudayaan Italia (IIC) di Jakarta.

Melalui IIC, Italia dalam lima tahun terakhir telah memberikan beasiswa kepada 142 warga Indonesia untuk belajar di negara tersebut. Sedangkan Hunger mengungkapkan bahwa program gelar ganda antara Universitas Duisburg-Essen dan Universtias Indonesia sudah berlangsung dengan melibatkan enam mahasiswa dari Indonesia. (SH/o)

Sumber: http://hariansib.com/2007/08/06/menyelaraskan-mutu-pendidikan
-tinggi-indonesia-dengan-standar-eropa/, tgl. 15 Agt. 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar