Rabu, 27 Mei 2009

Sekitar 3 Juta Anak Indonesia Sulit Mengakses Pendidikan Reguler

Senin, 13 April 2009 | 11:19 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Sekitar tiga juta anak Indonesia kesulitan mengakses layanan pendidikan formal (sekolah reguler). Anak-anak itu terdiri dari 2,6 juta orang pekerja anak, 15 ribu orang anak yang lahir di daerah transmigrasi, dan ada 2000 anak lainnya yang tersebar di 18 lembaga pemasyarakatan anak.

Selain itu, ada pula anak-anak korban perdagangan orang, anak-anak yang besar di daerah konflik, anak-anak yang hidup di lokasi pelacuran, anak dengan HIV/AIDS, dan anak putus sekolah karena kemiskinan/budaya.

"Mereka susah mengakses pendidikan formal reguler, mulai dari susah biaya, budaya, waktu, hingga jarak tempuh. Ada pula sekolah yang enggan menerima anak-anak dengan HIV/AIDS dan anak-anak pelacur," kata Direktur Pembinaan Sekolah Luar Biasa Departemen Pendidikan Nasional Ekodjatmiko Sukarso, Senin (13/4).

Anak-anak itu, kata Eko, bisa ditampung di layanan pendidikan khusus yang dilakukan oleh masyarakat. Layanan khusus memberikan kelonggaran untuk siswa, mulai dari waktu belajar, tenaga pengajar, kurikulum, hingga tempat belajar. Eko mencontohkan, pekerja anak bisa bersekolah di waktu malam setelah bekerja seharian, dengan mata pelajaran yang disesuaikan/diinginkan.

Selain pemberian keterampilan sesuai potensi lokal, kebanyakan anak, kata dia, ingin belajar keterampilan seperti Bahasa Inggris dan Komputer. "Tujuannya agar anak bisa bertahan hidup dengan keterampilan yang dimiliki, bukan hanya pintar mata pelajaran tertentu saja," ujarnya.

http://www.tempointeraktif.com/hg/pendidikan/2009/04/13/brk,20090413-169976,id.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar