Jumat, 22 Mei 2009

Siswa SMKN 7 Bandung Belajar di Masjid

BANDUNG --
........ Entis mengaku, empat tahun lalu, jumlah siswa di SMKN 7 Bandung hanya sekitar 400. Namun, setiap tahun, selalu terjadi peningkatan jumlah siswa. Sehingga, pada 2007 jumlahnya mencapai 540 orang siswa, dengan satu kelasnya diisi oleh 36 orang siswa.
Sumber: Republika Online

OPINI WEBMASTER

Berita di atas seharusnya tidak mengagetkan.

Sejak tahun 1998 waktu saya konsultan di DepDikNas saya sudah heran, mengapa kurikulum (SMU) 1984 (K-1984) yang penuh mata pelajaran keterampilan diganti dengan kurikulum 1994 (K-1994) dan membangunkan SMK khusus kejuruan.

Menurut saya semua pendidikan mengarah ke kejuruan. Di mana ada mahasiswa, dokter atau saintis, yang akhir tidak ingin bekerja? Apakah keterampilan akan merugikan mereka, atau meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mereka?

Yang saya mendengar pada waktu itu, kurikulum 1984 gagal (seperti banyak kurikulum sesudahnya). Apa benar kurikulum 1984 gagal atau digagalkan?

Pada tahun 1998 waktu saya lagi mengunjungi banyak SMUN yang masih sedang berjuang untuk melaksanakan K-1994, banyak mantan guru keterampilan dan guru IPA menyampaikan informasi bahwa peralatan yang dikirim oleh pusat ke sekolah sering tidak bermutu, sudah rusak, atau tidak sesuai dengan permintaan mereka atau kebutuhan kurikulum. Mengapa bisa begitu?

Apakah perhatian pemerintah kepada pentingnya kejuruan masih kurang? 'Ketersediaan sarana atau alat-alat praktik kerja dan bahan-bahan yang baik di SMK-SMK sebagian besar masih memprihatinkan'
Ref: Kompas Selasa, 10 April 2007
http://pendidikan.net/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=22&artid=904

Padahal kalau kita melihat keadaan di Indonesia di mana 70% siswa tamat SMA tidak lanjut ke perguruan tinggi formal, kita harus tanya mengapa kita tidak menyediakan pelajaran keterampilan sebanyak mungkin di SMA?

Kelihatannya 70% dari siswa SMA sebagai korban pada sistim yang kurang menyiapkan mereka untuk bekerja di lapangan.

Dengan kepemimpinan dari Bapak Gatot, SMK-SMK sudah mulai berhasil menyampaikan cita-cita masyarakat dan mengarah ke kebutuhan negara kita (yang seharusnya dapat diciptakan dari dulu dengan modifikasi kurikulum 1984).

Terus terang, kalau saya sendiri mempunyai anak di sini saya pasti akan mendaftarkan mereka di salah satu SMK daripada di SMA.

Walapun aspirasi saya untuk anak saya pasti adalah lulus dari perguruan tinggi, keterampilan yang mereka akan belajar di SMK akan menguntungkan mereka selama hidup di bidang atau profesi yang mana saja.

sumber: http://pendidikan.net/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=39&artid=474

Tidak ada komentar:

Posting Komentar